Pentingnya Imunisasi Untuk Anak di Masa Pandemi

Surabaya (beritajatim.com) – Imunisasi dasar yang lengkap ternyata memberi perlindungan anak dari risiko terpapar Covid-19 maupun penyakit KLB PD3I (Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Hal ini disampaikan langsung Dosen Fakultas Kedokteran Ubaya, dr. Sajuni, M.Kes., M.Ked.Klin., Sp.MK. dalam Webinar Seri Edukasi Masyarakat 2021 : Peran Perguruan Tinggi dalam Pencapaian Sustainable Development Goals Di Masa Normal Baru bertajuk “New Normal, Vaccine, Tantangan dan Solusi Pembelajaran Tatap Muka”.

Memperingati pekan imunisasi dunia 2021 yang dirayakan setiap minggu keempat di bulan April, dr. Sajuni ingin mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya vaksinasi saat pandemi dengan melengkapi imunisasi dasar yang dilakukan rutin pada anak-anak. Dokter spesialis mikrobiologi klinik ini mengatakan meskipun penderita Covid-19 lebih banyak terjadi pada dewasa tetapi vaksinasi pada anak-anak juga perlu diperhatikan.

“Anak-anak tetap perlu melakukan vaksinasi termasuk vaksinasi Covid. Penelitian untuk vaksin Covid-19 pada anak masih berlangsung, sehingga sampai saat ini kita belum bisa melakukan vaksinasi corona pada anak-anak. Tetapi vaksin-vaksin lain yang rutin diberikan kepada anak, ternyata memberikan kekebalan tubuh juga terhadap Covid-19,” ucap dr. Sajuni, Kamis (29/4/2021).

Imunisasi merupakan upaya efektif untuk melindungi anak dari penyakit infeksi dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah substansi (antigen) yang digunakan untuk merangsang terbentuknya antibodi dan menyediakan imunitas dalam melawan satu atau beberapa penyakit. Bagi seseorang yang sudah divaksin maka antibodi yang terbentuk akan menetralisir sel-sel yang mengganggu di dalam tubuh. Proses ini disebut neutralizing antibodies. Vaksinasi bertujuan untuk melindungi diri sendiri dan lingkungan sekitar sehingga nantinya tercapai herd immunity.

Menurut dr. Sajuni, vaksin pada anak-anak saat pandemi justru penting karena beberapa jenis vaksin dasar bisa memberikan perlindungan dari Covid-19. Beberapa vaksin dasar tersebut antara lain yaitu BCG, DPT, Hepatitis A, dan MMR. Berdasarkan data dan penelitian yang dikutip oleh dr. Sajuni, terdapat kesamaan sebagian glikoprotein SARS-CoV-2 dengan Measles (Campak) dan Rubella (Campak Jerman). Hal tersebut mengakibatkan adanya proteksi silang jika seseorang mendapatkan vaksinasi MMR atau MR sehingga juga dapat melindungi diri dari Covid-19.

Selain itu, ada juga studi di luar negeri menunjukkan bahwa negara-negara universal dengan penerima vaksin BCG yang dinyatakan sudah baik memiliki angka kematian Covid-19 yang cenderung lebih rendah. Kemudian vaksin hepatitis A pun dapat membantu menahan infeksi Covid-19 pada tingkat kolonisasi mukosa dan mencegah keterlibatan dari saluran napas bawah sekaligus mencegah timbulnya fatalitas dari infeksi virus corona. Sedangkan vaksin pertusis mampu memberikan efek protektif terhadap Covid-19 karena respon adaptif limfosit yang heterolog dan innate immunity yang terlatih.

dr. Sajuni berpesan kepada masyarakat khususnya orang tua agar tidak takut membawa anak-anak untuk imunisasi saat pandemi Covid-19. Vaksinasi yang terlambat pada anak berpotensi menimbulkan wabah pandemi baru terhadap penyakit yang sebelumnya sudah dapat dikontrol. Jika tidak mendapat vaksinasi, bayi dan anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit berbahaya seperti campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), hepatitis dan tetanus.

“Vaksinasi di tengah pandemi Covid-19 tetap harus dilakukan terutama imunisasi dasar untuk bayi dan anak agar tumbuh dan berkembang dengan sehat. Jika tidak dilakukan bisa berisiko terjadinya KLB PD3I. Imunisasi dasar dapat dilakukan dengan tetap menerapkan physical distancing dan menjaga kebersihan. Jika berada pada wilayah transmisi lokal, maka imunisasi bisa ditunda satu bulan dan segera catch up vaksinasi,” terangnya.

Sementara itu di kesempatan yang sama terdapat juga pemaparan materi mengenai “New Normal pada Pembelajaran Tatap Muka” dari dr. Irwin Aras, M.Epid., M.Med.Ed. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Ubaya. Sedangkan pembahasan tentang “Vaksin – Apa dan Mengapa, dan Buat Siapa Saja” disampaikan oleh dr. Indro Harianto, Sp.PD selaku Dosen Fakultas Kedokteran Ubaya sekaligus dokter spesialis penyakit dalam. Kegiatan webinar seri edukasi masyarakat ini dapat diikuti oleh masyarakat secara gratis melalui channel YouTube LPPM Ubaya (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat). [kun]

sumber

Tips Sehat Berpuasa Ramadan Di Tengah Pandemi

Puasa Ramadan ditengah pandemi Covid-19 yang belum rampung, Universitas Surabaya (Ubaya) bagikan tips tetap sehat selama puasa lewat Webinar Seri Edukasi Masyarakat 2021 yang dihelat oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya bertema “Peran Perguruan Tinggi Dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Di Masa Normal Baru”.

Dosen Fakultas Kedokteran Ubaya sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Indro Harianto, Sp.PD dan dr. Heru Wijono, Sp.PD, FINASIM hadir sebagai pembicara dalam webinar seri pertama yang diadakan secara daring, Kamis (22/4/2021). Puasa merupakan tradisi setiap tahun yang dilakukan oleh umat muslim dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri. Namun, adanya wabah pandemi Covid-19 membuat masyarakat menjadi takut untuk menjalankan ibadah puasanya. Meskipun sudah memasuki tahun kedua puasa Ramadan di tengah pandemi Covid-19, masih banyak masyarakat yang berpikir puasa dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga kondisi tubuh lebih rentan terkena virus.

Dua materi Webinar Seri Edukasi Masyarakat 2021, yang pertama mengupas Sehat Saat Berpuasa Di Era Covid-19 dibawakan dr. Indro Harianto Sp.PD. Sedangkan dr. Heru Wijono, Sp.PD, FINASIM menyampaikan materi yang kedua, Tips Jaga Nutrisi, Imunitas dan Pencegahan Infeksi Saat Puasa di Jaman Covid-19. Kedua topik pembahasan ini dipandu oleh dr. Sawitri Boengas, Sp.M., Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Ubaya. Menurut dr. Indro Harianto, ada masyarakat yang masih beranggapan bahwa puasa membuat sistem imunitas menurun karena kurangnya asupan nutrisi yang masuk ke tubuh. Kondisi tersebut dianggap masyarakat tidak dapat menghadang serbuan virus Covid-19. Namun, penelitian dr. Alan Colt dari USA menunjukkan adanya beragam manfaat yang dirasakan setelah berpuasa.

Mulai dari fisik menjadi lebih baik, tekanan darah dan kadar kolestrol terkontrol, nafsu seksual terkendali, mengendurkan ketegangan, menajamkan perasaan, mampu menguasai diri, menghambat proses penuaan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Ada penelitian lain yang menerangkan bahwa rasa lapar dapat memicu sel induk untuk memproduksi sel darah putih atau leukosit yang berperan penting dalam sistem imunitas tubuh. Dokter spesialis penyakit dalam di RS Husada Utama dan RS Manyar Medical Center ini memberikan beberapa tips sehat puasa Ramadan yang mudah diikuti masyarakat. Pertama, bagi yang belum terbiasa berpuasa bisa mencoba pemanasan dengan puasa sunah Sya’ban.

Kedua, usahakan makan sayur satu jam menjelang Imsak. Makan sahur sangat penting untuk memperoleh cadangan energi dalam melakukan aktivitas keseharian sekaligus sebagai pengganti sarapan. Ketiga, lengkapi menu makanan dengan memenuhi gizi empat sehat lima sempurna. Segera berbuka puasa pada waktu magrib dengan minum air dan makan-makanan pemanis alami seperti Kurma, Kolak, atau Kue. Berbuka puasa dengan makanan atau minuman tepat waktu bisa mengurangi produksi asam lambung di dalam tubuh. Kemudian, berhentilah makan sebelum kenyang dan lanjutkan makan setelah salat tarawih.

Bagi penderita penyakit tertentu dianjurkan konsultasi terlebih dahulu dan jangan lupa minum obat sesuai anjuran dokter. Begitu pun dengan ibu hamil atau menyusui yang perlu asupan gizi bagi buah hati. dr. Indro Harianto juga menjelaskan mengenai pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi saat sahur dan berbuka puasa. Saat sahur sebaiknya masyarakat mengonsumsi makanan yang hangat agar mudah dicerna sekaligus merangsang keluarnya enzim pencernaan.

Masyarakat dapat menghindari konsumsi gula berlebih di saat sahur karena dapat memicu produksi insulin yang mengakibatkan tubuh lebih cepat merasa lapar, lemas dan lesu. Pilih menu makanan utama jenis karbohidrat kompleks dengan memperbanyak konsumsi sayur, buah-buahan dan minum segelas susu.

Hindari minuman berkafein seperti kopi yang dapat menyebabkan cairan dalam tubuh sering keluar. Mengakhirkan waktu sahur agar memiliki cadangan tenaga yang lebih. Sedangkan pada saat berbuka puasa, dr. Indro Harianto mengatakan jika masyarakat dapat berbuka puasa dengan bertahap. Artinya setelah berbuka puasa dengan minum segelas air atau kurma, pergilah salat magrib dahulu. Baru 15 menit kemudian dapat dilanjutkan dengan makanan yang lebih berat seperti nasi dan lauk pauk. Setelah salat Tarawih dapat dilanjutkan lagi dengan makanan ringan atau camilan. “Utamakan minum air, vitamin dan elektrolit.

Jangan lupa minum air 8 gelas satu hari. Bagaimana caranya? Dengan metode 2 gelas minum air saat sahur, 2 gelas minum air saat berbuka puasa, dan 4 gelas sisanya diantara kedua tersebut. Ketika tidur tubuh kita kehilangan 1-2 kg dan itu air. Jadi memulai puasa dengan restorasi cairan adalah langkah yang baik,” terang dr. Indro Harianto. Sementara itu, dr. Heru Wijono memaparkan materi yang berisi tentang nutrisi, imun dan Covid-19.

Dokter yang kini menjalani studi lanjut S3 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair menganjurkan agar masyarakat memperhatikan kebutuhan nutrisi tubuh selama berpuasa di tengah pandemi Covid-19 dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan mengandung vitamin C, vitamin D dan Zinc. Masing-masing vitamin tersebut memiliki peran penting dalam tubuh yang efektif meningkatkan imun dan menekan perkembangbiakan virus. dr. Heru Wijono mengungkapkan bahwa diet, imunitas, nutrisi dan infeksi terbukti memiliki keterkaitan yang kuat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Jika diet teratur dan sehat maka imunitas akan meningkat, ditambah dengan nutrisi tubuh yang terpenuhi membuat infeksi yang terjadi pada tubuh akan rendah. “Masyarakat perlu tetap memperhatikan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak dan menghindari kerumunan), pemenuhan nutrisi, diet, suplemen, dan istirahat yang cukup. Jika virus Covid-19 sudah masuk ke dalam tubuh kita dan pertahanan lini kedua (adaptive immunity) tidak bisa mengatasi maka disitulah gejala akan keluar. Mudah-mudahan kita sehat selalu dan lancar menjalankan ibadah puasanya,” pungkas dr. Heru Wijono.(tok/tin ) Sumber

Webinar Healthy Mental Health for Healthy Life

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) bekerja sama dengan Rotary Opens Opportunities menggelar webinar berjudul ‘Healthy Mental Health for Healthy Life’. Webinar ini diadakan pada Sabtu, 20 Maret 2021 pukul 08.00 WIB melalui Zoom. dr. Damba Bestari Sp.KJ selaku Dosen Fakultas Kedokteran; DG Nyoman Suastika selaku District Governor 3420, IPDG; Febri H. Dipokusumo selaku Immediate Past District Governor 3420; dan Dr. Suko Widodo, Drs. M.Si., selaku Pakar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga turut hadir pula menjadi narasumber pada webinar kali ini.

“Kesehatan mental yang dapat mengacu pada kesejahteraan masyarakat merupakan masalah berskala internasional yang penting untuk dibahas,” ujar dr. Sawitri Boengas, Sp.M selaku Dekan II Fakultas Kedokteran Ubaya saat memberi pembukaan di awal acara. Damba membawakan sesi pertama yang memperkenalkan kesehatan mental. “Mental yang sehat adalah saat pikiran, kondisi, dan perilaku sejahtera atau well-being sehingga bisa well-function,” ungkap Damba. Mengutip Victor Frankl, Damba menyampaikan bahwa mental yang sehat dimiliki orang yang memiliki tujuan hidup dan aktif. Keluarga dan teman dapat menjadi support system yang membantu diri sendiri untuk menghindari depresi.

Ketersediaan psikiater dan psikolog klinis dibandingkan jumlah masyarakat masih sangat timpang. “Kesehatan mental boleh di self-screen, namun tidak boleh self-diagnose,” papar Damba. Kecanggihan teknologi mengakibatkan munculnya cyberchondria yang merupakan aktivitas self-diagnose dengan mencari-cari informasi hanya dari internet. Self-screen untuk melihat kondisi kesehatan mental dapat dilakukan melalui website yang terpercaya dan hasilnya dibawa ke profesional untuk mengetahui hasil pastinya. Maka dari itu baik berhubungan secara sosial dengan orang lain dan merawat diri sendiri sama-sama memiliki peran penting pada kesehatan mental. “Perlu diingat bahwa tubuh yang sehat akan membawa diri kepada jiwa yang sehat pula,” tutupnya.

sumber

Webinar Interaksi Obat, Obat – Herbal, Farmakogenetik dan Aplikasi Klinisnya

Interaksi obat dapat melemahkan kerja obat yang lainnya, akibatnya obat diminum rutin tapi tidak tercapai tujuan terapinya, apalagi bila bersamaan dengan obat herbal. Bagaimana pula faktor genetik mempengaruhinya. Agar itu tak terjadi dalam praktek kita sehari-hari, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Ubaya mempersembahan Problem Based Inter Professionals Collaboration Webinar dengan beberapa topik yang diangkat oleh beberapa pembicara sebagai berikut

Kegagalan KB, Anemia karena Interaksi Obat, dan Segala Komplikasinya
dr. Rachmad Poedyo Armanto, SpOG

Tata laksana Interaksi Obat di praktek sehari hari (Tinjauan Kasus)
dr. Heru Wijono, SpPD, FINASIM

Faktor Genetik pada Metabolisme Obat
dr. Risma Ikawaty, PhD

Interaksi Obat
dr. Jefman Efendi Marzuki

Interaksi Obat – Herbal
Dr. Oeke Yunita, M.Si., Apt.

Moderator Acara :
dr. Dita Sukmaya P., M.Si.

webinar ini dapat anda ikuti pada siaran ulang di channel youtube ubaya atau sematan berikut ini