Mahasiswa FK Ubaya Beri Edukasi Warga Soal Virus Corona

Merebaknya virus Corona di China membuat masyarakat dunia resah. Terlebih virus mematikan ini sudah tersebar di 15 negara di Asia.

Maka tak heran, jika masyarakat Indonesia ikut khawatir, akan penyebaran virus tersebut.Untuk itu, mahasiswa yang tergabung dalam BEM Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya) memberikan edukasi pada masyarakat untuk mengenali virus Corona hingga cara pencegahannya. dr. Risma Ikawaty selaku dosen Mikrobiologi FK Ubaya mengatakan, sosialisasi yang dilakukan saat car free day ini untuk menghindari kepanikan dari masyarakat. “Jadi masyarakat itu bisa tau bagaimana tindakan preventif yang bisa dilakukan ketika ada gejala-gejala virus Corona,” ucap Risma ketika ditemui Basra di CFD Darmo pada Minggu (2/1).

Selain itu, pihaknya juga memberikan edukasi terkait cara pencegahan virus Corona. Diantaranya menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, menutup mulut ketika bersin atau batuk, melakukan pola hidup sehat, hingga rajin olahraga.

Risma pun mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap waspada ketika mengalami gejala-gejala (batuk, demam, hingga mengalami gangguan pernapasan).

“Nah kalau gejala-gejala itu semakin berat, segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Terus kalau bisa tidak berpergian dulu ke daerah terjangkit,” pungkasnya.Sementara itu, Muhammad Masyudiono mengaku, adanya sosialisasi tersebut sangat bermanfaat.”Tentu ini sangat bermanfaat bagi kita warga Indonesia. Karena saya taunya dari televisi gitu. Kalau ada sosialisasi gini kan saya jadi lebih tau dan bisa menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari virus,” tutupnya.

sumber

Mahasiswa Kedokteran UBAYA Sabet Juara II RMO 2019

FK UBAYA – Dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) berhasil menyabet juara kedua dalam ajang kompetisi Regional Medical Olympiad (RMO) 2019 untuk cabang Neuropsikiatri yang diselenggarakan di Malang bekerjasama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) minggu lalu (7-14/7/19). Ubaya menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berhasil menjuarai kompetisi ini.

Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila menceritakan pada kompetisi RMO 2019 ini terdapat enam cabang yang dilombakan yaitu Neuropsikiatri, Muskuloskeletal, Uro-reproduksi, Digestif, Kardio-Respirasi, dan Penyakit Menular. Setiap Universitas hanya diperbolehkan mengirimkan satu tim yang terdiri dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk satu cabang perlombaan. Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila mewakili Ubaya untuk berkompetisi  cabang Neuropsikiatri melawan 11 tim Fakultas Kedokteran dari seluruh Universitas di wilayah Jawa Timur hingga Papua.

“Peserta lomba cabang Neuropsikiatri memang sedikit dibandingkan dengan cabang yang lain, karena kompetisi di bidang ini mengharuskan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Inggris. Sehingga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Pertama mereka berpikir harus menjawab apa, kedua bahasa Inggrisnya apa dengan waktu yang sudah ditentukan,” tutur dr. Valentinus Besin, Sp.S. selaku Dosen Pembimbing, yang kesehariannya mengajar mata kuliah Neurologi, Selasa (16/7/2019).

Neuropsikiatri adalah cabang ilmu kedokteran dan klinis yang menggabungkan neurologi (kajian dan pengobatan gangguan sistem saraf) dan psikiatri (kajian dan pengobatan kondisi kejiwaan). Persiapan kompetisi berupa latihan dan bimbingan intensif dilakukan tim Fakultas Kedokteran Ubaya bersama dosen pembimbing selama dua bulan baik secara tatap muka maupun online.

“Persiapan kami lakukan berupa latihan soal pilihan ganda, praktikum hingga simulasi tanya jawab dalam menangani kasus pasien yang memiliki gangguan saraf dan kejiwaan. Kami senang dan tidak menyangka bisa lolos hingga babak final karena target awal kami bisa lolos di semifinal adalah hal luar biasa,” ujar Stephanie Wirakarsa, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 ini.

Selama empat hari kompetisi, Stephanie Wirakarsa dan Almas Ula Salsabila harus melewati beberapa tahap babak penyisihan dengan beberapa metode ujian hingga lolos meraih juara II. Pada babak penyisihan terdapat metode ujian Multiple Choice Question (MCQ) berbasis Computer Based Test (CBT) dengan total jumlah 120 soal dalam waktu 120 menit. Kemudian ujian Objective Structured Practical Examination (OSPE) yaitu pertanyaan praktikum terkait biomedik dan pemeriksaan penunjang.

Setelah berhasil lolos babak penyisihan, tim Fakultas Kedokteran Ubaya masuk dalam babak semifinal dengan mengikuti ujian MCQ II dengan total jumlah 100 soal dalam waktu 100 menit. Kemudian Objective Student Case Examination (OSCE) yaitu praktik menjadi dokter untuk menghadapi atau menangani pasien sesuai perintah soal. Tahapan ini tergolong ujian yang sulit bagi tim Fakultas Kedokteran Ubaya karena harus mengintegrasikan teori dan praktik serta harus mengerti bagaimana menangani atau memberikan terapi yang tepat kepada pasien.

Namun, tim Fakultas Kedokteran Ubaya berhasil lolos ke babak final. Ujian terakhir yang dihadapi yaitu Student Oral Case Analysis and Public Health (SOCA-PH).  Ujian ini menilai kemampuan analisis terhadap kasus terkait sistem saraf dan kondisi kejiwaan. Selanjutnya, tim mengikuti Medical Quiz Game (MQG) yang terdiri dari dua jenis soal yaitu soal wajib serta soal rebutan tanya jawab.

“Tahapan kompetisi cukup panjang, saya bangga atas prestasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya bisa meraih juara II dan mampu membuktikan bahwa Fakultas Kedokteran Ubaya mampu bersaing dengan Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri. Saya berharap Stephanie dan Almas mau terus belajar dan mengikuti kompetisi Neuropsikiatri di tingkat yang lebih tinggi serta menjadi inspirasi mahasiswa FK Ubaya yang lain,” pungkasnya. [adg/but]

Sumber: beritajatim.com

Mahasiswa Ubaya dan Asing Pelajari Vaksin Secara Online

SURABAYA – Mahasiswa Prodi Farmasi dan Prodi Kedokteran Ubaya bersama 11 mahasiswa asing belajar vaksinasi. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Host Student Exchange Programme (SEP) selama 3 minggu. Mereka belajar vaksinasi dari beberapa negara secara online di Fakultas Farmasi, Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya, Selasa (06/8/2019).

SEP yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEM FF) ini merupakan yang kedua diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Ubaya.

Koordinator acara Dr.Oeke Yunita, mengatakan pada tahun ini tema yang diusung adalah “Education is the Foundation, Knowledge is The Power, Indonesia is The Place”. Artinya pendidikan merupakan pondasi, pengetahuan yang mumpuni adalah sebuah kekuatan, dan Indonesia merupakan tuan rumah untuk berbagi pengetahuan dan pendidikan terkait kesehatan.

“Vaksin termasuk obat hayati produk biologis yang harus dikembangkan dan dipahami oleh tenaga kesehatan dari cara membuat, assessment (penilaian), dan cara memasarkannya,” katanya.

Menurutnya, forum diskusi ini menjadi menarik dibahas karena ada beberapa negara yang menolak penggunaan vaksinasi. Adanya perbedaan penanganan dan pemanfaatan vaksin mendorong mereka untuk berbagi cerita, memberikan opini serta solusi terkait hal tersebut.

Selama tiga minggu, mahasiswa asing tidak hanya melakukan internship (magang) di Apotek Ubaya, National Hospital, dan Apotek Kimia Farma. Namun, juga terlibat dalam membangun hubungan cross cultural communication dengan mahasiswa Ubaya melalui forum diskusi mengenai etika Bioteknologi Farmasi terkait vaksin.

“Vaksin menimbulkan permasalahan ethics di beberapa negara. Melalui forum diskusi ini, mahasiswa dapat berinteraksi dan bertukar informasi mengenai permasalahan dan pemanfaatan vaksin di negara masing-masing,” tuturnya

Pemilihan vaksin menjadi topik pembahasan dalam forum diskusi adalah untuk memberikan dasar dan pengetahuan terkait aplikasinya di dunia kesehatan.

Awal gagasan SEP adalah ketika Oeke Yunita mengimplementasikan project terkait DIES training course dari DAAD yang berjudul Collaborative International Learning yang menggandeng beberapa pihak seperti praktisi, rumah sakit, dan apotek untuk memberikan bekal pengetahuan terkait profesi Apoteker.

Project ini dibuat untuk meningkatkan impact dari internasionalisasi di Fakultas Farmasi Ubaya. Perempuan kelahiran Surabaya ini menjelaskan, Fakultas Farmasi Ubaya bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Ubaya dalam Bioethics Class mempelajari etika Bioteknologi Farmasi terkait vaksinasi.

Sumber: sindonews.com

Rumah Sakit Pendidikan Ubaya

SURABAYA – Universitas Surabaya (Ubaya) bakal membangun Rumah Sakit tipe B pendidikan di Surabaya. Ubaya menggandeng Rumah Sakit Hermina.

Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama atau MoU (Memorandum of Understanding) antara Ubaya dan PT Medikaloka Hermina Tbk, di Ubaya, Selasa (30/7/2019).

Penandatanganan dilakukan Ketua Yayasan Ubaya Anton Prijatno, Sekretaris Yayasan Ubaya Yusrambono, Direktur PT Keluwih Medika Surabaya Husni dan Presiden Direktur PT Medikaloka Hermina Tbk dr.Hasmoro.

Ubaya melalui PT Keluwih Medika Surabaya sebagai pengelola Rumah Sakit Ubaya yang bergerak di bidang kesehatan, menunjuk PT Medikaloka Hermina Tbk selaku penyedia layanan kesehatan Rumah Sakit Hermina, menjadi konsultan dalam persiapan mendirikan Rumah Sakit Ubaya.

Penandatanganan mencakup empat perjanjian yaitu perjanjian internal, perjanjian pra-operasional, perjanjian operasional, dan amandemen kesepakatan bersama.

Kepala Departemen Business Development, PT Medikaloka Hermina Tbk, drg. Meidy Maulia Rahmi, mengatakan pihak Rumah Sakit Hermina membantu Rumah Sakit Ubaya sebagai konsultan dan operator dari tahap pra operasional pembangunan hingga tahap operasional.

“Kerjasama ini akan berlangsung selama 10 tahun dan bisa diperpanjang nantinya. Kami akan membantu mulai dari perencanaan desain bangunan, alih sistem standar yang menyangkut pada regulasi, rekrutmen tenaga medis dan non medis, hingga menyelenggarakan diklat. Hal ini bertujuan agar Rumah Sakit Ubaya benar-benar siap untuk buka dan mulai beroperasi,” katanya.

Sedangkan Komisaris PT. Keluwih Medika, Prof. Ir. Joniarto Parung, mengungkapkan, Rumah Sakit Hermina sudah punya jaringan Rumah Sakit yang kuat secara nasional, sehingga memudahkan untuk pertukaran resources kalau diperlukan.

Target pasien Rumah Sakit Hermina adalah kelompok menengah dan bawah dengan jumlah penyakit beragam, sehingga sesuai untuk Rumah Sakit Pendidikan. “Visi dan misi sejalan dengan Ubaya yang berfokus pada kualitas, sosial dan kemanusiaan,” ungkapnya.

Ketiga alasan inilah yang melatarbelakangi pemilihan PT Medikaloka Hermina Tbk sebagai konsultan dan operator dari tahap pra operasional pembangunan hingga tahap operasional.

Sementara itu, Direktur PT Keluwih Medika Ubaya, Husni, menambahkan pembangunan Rumah Sakit Ubaya 10 lantai ini rencanaya akan didirikan di Jalan Tenggilis Mejoyo dalam kurun waktu selama satu tahun.

“Adanya kerjasama ini diharapkan bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta menunjang pendidikan dalam memfasilitasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya,” pungkasnya.

Sumber: sindonews.com

Fakultas Kedokteran Ubaya Resmikan CBT

FK UBAYA – Sebanyak 122 unit komputer dengan spesifikasi canggih siap beroperasi di Laboratorium Computer Based Test (CBT) milik Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya). Selain digunakan untuk ujian kompetensi berbasis komputer, Laboratorium CBT ini akan jadi sarana pembelajaran mata kuliah statistik, farmakologi, patologi, dan masih banyak lainnya.

Menurut keterangan Dekan Fakultas Kedokteran Ubaya, dr Irwin., M.Epid., M.Med.Ed., untuk membuat laboratorium ini memang dibutuhkan dana yang cukup besar, karena itu tak banyak Fakultas Kedokteran yang memiliki Laboratorium CBT. Padahal, salah satu syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh Fakultas Kedokteran adalah fasilitas CBT Center.”

Laboratorium CBT ini akan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kualitas lulusan Fakultas Kedokteran Ubaya. Selain ujian kompetensi, laboratorium juga digunakan dalam proses pembelajaran beberapa mata kuliah seperti statistik, farmakologi, patologi, dan masih banyak yang lain,” kata Irwin saat peresmian Lab CBT hari ini (13/6).

Dalam proses pembelajaran mata kuliah statistik, nantinya laboratorium tersebut akan digunakan mahasiswa untuk menganalisis data.

Laboratorium CBT ini juga bisa membantu dosen dalam membuat aplikasi software untuk kepentinganpraktikum.

“Jadi ada beberapa aplikasi yang ditanam. Misal untuk belajar anatomi, dengan aplikasi yang disediakan mahasiswa bisa melihat lebih detail di komputer,” jelas pria 48 tahun ini.

Bahkan komputer ini bisa menampilkan reaksi pasien bila diberi obat tanpa menguji cobanya pada manusia ataupun hewan. ”Misalnya saja jika pasien sakit di beri obat dengan takaran dosis segini apa yang terjadi. Jika denyut jantungnya terlalu cepat, maka dosis bisa dikurangi. Praktek yang kita lakukan bisa melalui aplikasi tanpa uji coba pada hewan atau manusia,” tambahnya.

Pada Laboratorium CBT ini, sekat meja dapat diatur naik ataupun turun untuk meminimalkan kecurangan selama uji kompetensi berlangsung. Selain itu, terdapat Ruang Kontrol Administrasi untuk memantau dan memberikan komando kepada peserta yang mengikuti uji kompetensi berbasis komputer.

Laboratorium CBT ini juga sudah dilengkapu ruang server yang melayani 122 unit komputer agar sistem yang dijalankan terintegrasi dengan baik.

Laboratorium CBT ini menyediakan 122 unit komputer dengan daya tampung maksimal 110 mahasiswa. Pada uji kompetensi dan praktikum, penggunaan unit komputet yaitu sebesar 90 persen dan sisanya 10 persen digunakan untuk cadangan Jika terjadi error pada sistem.

“Saya berharap dengan adanya Iaboratorium CBT ini dapat memberi manfaat yang maksimal untuk proses pembelajaran di Ubaya. Dan dalam waktu dekat ujian mata kuliah Fakultas Kedokteran sudah bergeser dan berbasis online,” pungkasnya.

Berita ini telah dimuat oleh Kumparan pada 13 Juni 2019.

(Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)